
JAKARTA, KalderaNews.com — Empat dosen Universitas Kristen Maranatha melakukan survei tentang kesiapan dosen, mahasiswa dan karyawan dalam menjalankan work from home (WFH) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hasilnya menunjukkan ada enak dan tak enaknya kuliah daring.
Jawaban bernada demikian sama-sama diungkapkan oleh dosen, mahasiswa dan karyawan yang disurvei. Bahkan ada semacam ironi, yakni di tengah semakin canggihnya teknologi informasi yang dipergunakan, justru mahasiswa merasa kesulitan mencari informasi tentang perkuliahan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Ir. Teddy Markus Zakaria, M.T., dari Fakultas Teknologi Informasi; Susanti Saragih, S.E., M.Si. dan Santy Setiawan, S.E., M.Si, Ak., CA. dari Fakultas Ekonomi; serta Peter Rhian Gunawan, M.Ds. dari Fakultas Seni Rupa dan Desain disajikan pada webinar melalui Zoom dan akun YouTube resmi UK Maranatha pada Rabu, 22 Juli 2020.
Survei dan penelitian tersebut, sebagaimana dilansir dari situs resmi universitas tersebut, merangkum jawaban dari 354 dosen, 1.036 mahasiswa, dan 337 karyawan dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui kondisi para responden selama masa WFH atau PJJ, contohnya seperti kendala yang dihadapi, strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah, dan tingkat kepuasan.
Apa Kata Dosen?
Dari hasil survei terungkap bahwa kendala PJJ yang dirasakan oleh dosen antara lain, terkait sambungan internet, hilangnya privasi, manajemen waktu, sulit menerangkan dengan rinci, dan memerlukan persiapan ekstra.
BACA JUGA:
- Peran Besar Tempe di Tengah Pandemi, Begini Kata Dosen Unika Atma Jaya
- Ditemukan Bathynomus Raksasa di Selat Sunda, Ini Penjelasan LIPI
- Inilah Tempat Tertutup yang Berpotensi Jadi Tempat Penularan Covid-19 Lewat Udara
- Saintis CMU Ciptakan Sistem Komputer Otomatis Ubah Kalimat Kasar Menjadi Santun
- 239 Ilmuwan Gugat WHO, Virus Corona Menyebar Lewat Udara
- KSN 2020 Jenjang SMA Bakal Dihelat di Bangka Belitung 20-26 September 2020
Meskipun demikian kesulitan dalam menerapkan metode PJJ dirasa lebih berat pada tahap awal. Sedangkan pada masa selanjutnya, diperkirakan akan lebih mdah karena para dosen dapat menggunakan bahan ajar yang sudah ada.
Para dosen berpendapat PJJ masih dirasa kurang memuaskan karena belum bisa memberikan situasi belajar yang baik. Hal ini juga masih perlu didukung dengan learning management system dari universitas.
Kendati demikian, para dosen juga melihat sisi menyenangkan dari PJJ. Di antaranya, mereka dapat menghemat waktu perjalanan dan BBM untuk pergi ke kampus.
Penelitian ini mengungkapkan para dosen dalam penerapan PJJ perlu lebih memberi perhatian terhadap hal learner control dan online communication.
Mahasiswa Kurang Puas
Sama seperti para dosen, mahasiswa juga menilai sambungan internet yang kurang stabil merupakan kendala PJJ.
Selanjutnya faktor-faktor mengenai disiplin diri seperti rasa malas juga ikut menjadi gangguan dalam proses PJJ.
Keluhan lainnya dari mahasiswa ialah tugas yang banyak serta materi kuliah yang kurang dipahami.
Lebih jauh, para mahasiswa juga menganggap durasi kuliah daring sebaiknya lebih pendek daripada kuliah tatap muka. Menurut mereka durasi kelas yang ideal adalah sekitar sekitar 45-60 menit.
Sementara itu ada fakta menarik yang terungkap dalam riset ini. Para mahasiswa mengatakan waktu belajar mandiri mereka di masa PJJ menjadi lebih panjang.
Para peneliti menganggap ini merupakan fakta baik, karena mahasiswa sudah aktif untuk belajar selama masa PJJ.
Hal lain yang dianggap positif dari PJJ ialah tidak adanya keharusan pergi ke kampus. Mahasiswa merasa nyaman tentang hal ini.
Sementara itu, sekitar 60,7% responden mahasiswa berpendapat bahwa pembelajaran online tidak dapat membantu mereka untuk mendapatkan informasi.
“Artinya, kita bisa katakan bahwa informasi seputar perkuliahan ini tidak lebih mudah didapatkan walaupun kita sudah menggunakan teknologi. Ini menjadi PR besar bagi dosen dan pengelola universitas karena ternyata tidak membantu mahasiswa untuk memperoleh informasi lebih baik,” kata salah seorang peneliti.
Para peneliti juga mengukur tingkat kesiapan mahasiswa dalam menjalani PJJ. Hasil survei memperlihatkan bahwa masih banyak responden mahasiswa yang tidak menginginkan PJJ di masa mendatang.
Efektivitas Kinerja Karyawan
Hasil survei menunjukkan di satu sisi karyawan merasa diuntungkan dengan fleksibilitas dalam berkegiatan dan efektif dalam hal waktu. Di sisi lain, para karyawan juga dihadapkan dengan ketakutan, seperti tidak adanya batasan waktu dalam bekerja dan kurangnya koordinasi dengan atasan.
Karyawan merasa jam kerja lebih panjang selama WFH dan beban kerja lebih besar dari sebelumnya.
Walaupun mengalami peningkatan dalam kualitas hidup dan tetap bisa bekerja sesuai dengan target selama WFH, sebagian besar karyawan cenderung lebih memilih untuk bekerja di kantor.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply