Glorifikasi Stafsus Milenial yang Berakhir Tragis

Sharing for Empowerment

“A writer is someone for whom writing is more difficult than it is for other people,” Thomas Mann, pemenang Nobel untuk Sastra tahun 1929 pernah berkata dalam salah satu esainya. Semakin seseorang menemukan talentanya, semakin ia menyadari beban yang harus diembannya.

Hadiah Nobel untuk Sastra telah diberikan sejak tahun 1901. Ia diberikan kepada – dalam kata-kata otentik Alfred Nobel – orang-orang yang menghasilkan “karya yang menonjol di bidang Sastra dalam arah yang ideal,” dan “memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.”

Meskipun telah memunculkan berbagai interpretasi dari tahun ke tahun, diiringi dengan perbedaan pendapat dan perdebatan, dua kriteria yang diwariskan oleh Alfred Nobel itu tak pernah lepas dari peranannya sebagai jangkar bagi Komite Nobel Swedia dalam menentukan pemenang. Mereka berpegang teguh pada kriteria itu.

Keteguhan pada jangkar ini telah menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi para penulis di seluruh dunia. Bahwa menulis (baca berkarya) harus memiliki tujuan yang tepat. Yaitu demi kemaslahatan manusia yang sebesar-besarnya. Para milenialis sepatutnya dapat menghayati spirit ini, dan menjadikannya sebagai rujukan dalam bekerja, termasuk ketika terpilih menjadi stafsus milenial presiden. Setiap individu hendaknya menghayati peranannya untuk bekerja dalam “arah yang ideal” dan “memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia.”




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*