BACA JUGA:
- Stereotip Rasial di Tengah Wabah Covid 19
- Epitome: Tangis Suster China di Tengah Wabah Corona
- Revitalisasi Kosa Kata untuk Tingkatkan Kompetensi Menulis
- Beda Bahasa Politisi dan Peneliti
- Melalui Warna “Membahasakan” Alam
- Menulis Seperti Memasak
- Mengapa Manusia Menulis?
Resep sukses hidup di era digital yang sering dikampanyekan adalah serba CEpat, serba Viral (heboh), serba aGlomerasi (meraksasa dalam waktu pendek) dan serba Masif (Cevigloma). Kata-kata seperti influencer, followers, dan enggagement menjadi kunci bahkan mantera, kendati kita tahu seringkali maknanya sangat dangkal dalam praktik kehidupan riel.
Untunglah sorotan publik yang mengangkat isu etika bisnis yang mendorong mundurnya dua stafsus milenial Presiden Joko Widodo membukakan kesadaran tentang sisi lain dari mantera Cevigloma. Mantera itu ternyata dapat berbahaya tanpa dibarengi dengan kepekaan terhadap isu-isu transparansi, konflik kepentingan dan keadilan sosial.
Para tokoh milenialis, khususnya yang kini berada di jajaran elit dan pengambil keputusan, tampaknya perlu diingatkan bahwa tendensi untuk selalu serba Cevigloma harus memiliki jangkar pengaman. Jangkar pengaman itu dapat berupa etika bisnis, aturan perundang-undangan dan kepekaan sebagai warga negara. Namun jangkar yang paling utama ialah spirit untuk bersedia dan tidak mengkompromikan kerja keras, kerja tekun dan kerja benar sebagai syarat mencapai tujuan. Tidak ada jalan pintas. Kalaupun ada, ia pasti rapuh, apalagi bila ditempuh dengan memakai pengaruh kekuasaan dan jabatan serta mengorbankan kepentingan publik.
Leave a Reply