BACA JUGA:
- Beasiswa S1 Penuh APERTI BUMN 2020 di 8 Perguruan Tinggi Ini Tutup 1 Juli 2020
- Deadline Beasiswa Unggulan S1 bagi Lulusan SMA/SMK/MA Sederajat di UISI 5 Juni 2020
- Buruan, 75 Beasiswa Master (S2) Double Degree Swiss German University Tutup 15 Juni 2020
- Beasiswa Penuh S1 Hukum Munir Said Thalib 2020 Tutup 20 Juli 2020
- Pendaftaran Beasiswa Penuh S1 Hukum Jentera Resmi Dibuka 11 Mei 2020 di Sini
- Beasiswa S2 The Future Leader PPM School of Management Jakarta Tutup 15 Juli 2020
Jeffrey dan Karki dengan lembaga mereka, telah melakukan studi di Uganda, Kenya, Etiopia, Sierra Leona, Bangladesh dan Pakistan. Argumen mereka juga didasarkan pada studi mereka terhadap dampak dari Ebola di Afrika Barat.
Berikut ini ada lima alasan yang disebutkan, dikutip dari tulisan mereka berjudul Five Lessons on Reopening South Africa’s Schools, yang dimuat di Mail Guardian pada 21 Mei lalu.
Pertama, murid-murid melupakan banyak sekali pelajaran ketika sekolah ditutup. Di Malawi, misalnya, sebuah studi mengatakan kemampuan membaca anak-anak menurun ketika kembali ke sekolah setelah liburan.
Sayangnya, keberhasilan mencegah penurunan ini, khususnya ketika sekolah-sekolah ditutup karena krisis, sangat jarang di negara-negara sedang berkembang. Afrika Selatan tampaknya tidak sanggup mengatasi tren ini.
Kedua, menjalankan program pendidikan lain semisal pembelajaran melalui televisi, bagaimana pun memiliki arti penting, untuk membantu anak-anak tetap merasa terkoneksi dengan pendidikan, terlepas dari bagaimana pun hasil pembelajaran tersebut. Program semacam ini bermanfaat untuk mengurangi penyakit mental anak-anak dan meningkatkan kemungkinan mereka akan kembali ke ruang kelas ketika pembelajaran di sekolah dibuka kembali.
Leave a Reply