Jangan Remehkan Kata, Padanya Ada Tenaga dan Cinta: Pelajaran dari Stanford

Sharing for Empowerment

Ternyata hasilnya menarik.

Penelitian tim Stanford ini menunjukkan bahwa program bantuan internasional akan jauh lebih efektif bila disampaikan dalam wacana yang memberikan penghargaan akan martabat  penerima bantuan.  Menurut riset itu, wacana yang menekankan pemberdayaan dan disampaikan dengan budaya yang relevan, akan menjamin keefektifan bantuan.

Sebaliknya, program bantuan yang dikemas dalam wacana yang menekankan ketidakberdayaan si penerima, dapat berdampak yang tidak diharapkan. Program bantuan yang menyoroti keparahan kemiskinan yang dialami penerima, kerentanan keadaan mereka, justru dapat menghambat efektifitas bantuan. Alih-alih merasa terbantu, si penerima malahan merasa tertekan dan dilemahkan.

Catherine Thomas (Stanford)

Riset ini penting karena tampaknya penelitian yang berfokus pada narasi dalam bantuan sosial tidak terlalu banyak. Padahal hal itu mendesak, khususnya ketika pandemi COVID-19 melanda dewasa ini. Bantuan dibutuhkan dalam skala besar bagi mereka yang menjadi korban pandemi.

Ketidakpekaan terhadap pembentukan narasi ini dengan mudah ditemukan di lapangan. Adakalanya lembaga-lembaga swadaya masyarakat menganggap perlu untuk menonjolkan ketidakberdayaan si penerima bantuan. Seringkali pilihan kata demikian diambil dengan maksud baik, yakni untuk meyakinkan para donor akan pentingnya program tersebut.  Maka banyak organisasi  nirlaba menggambarkan program mereka sebagai program untuk “orang miskin” atau “orang yang membutuhkan,” atau “orang yang rentan.”




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*